Rabu, 3 November 2010

Jalan Menuju Kemuliaan dan Kekuatan


Risalah dari Prof. DR. Muhammad Badi’, Mursyid Am Ikhwanul Muslimin, 15-10-2010
Penerjemah:Abu ANaS



Bismillah wasshalatu wassalam ala Rasulillah saw waman walah… waba’du;
Sesuai dengan kehendak Allah SWT manusia tercipta memiliki insting untuk hidup secara berjamaah jauh dari individualisme dan megisolasi diri; karena hal tersebut sesuai dengan tabiat dan fitrah manusia a yang memiliki ciri makhluk sosial, selalu terikat dengan kehidupan secara berjamaah. Dan sesuai dengan berjalannya waktu, hidup secara berjamaah menjadi kebutuhan yang sangat penting untuk menuju konsep baru yaitu persatuan dan kekuatan, agar tidak terjadi isolasi diri dan menjadi mangsa empuk dari negara dan bangsa yang sejarah dan latar belakang pendiriannya adalah mengorbankan bangsa lain, dan umat Islam sedang berhadapan dengan bangsa-bangsa yang merasa memiliki kebutuhan yang besar ini; karena itu persatuan adalah jantung dari sebuah konstitusi yang telah ditetapkan oleh Allah SWT sebagaimana firman-Nya:
وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلا تَفَرَّقُوا
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai”. (Ali Imran:103)
وَلا تَكُونُوا كَالَّذِينَ تَفَرَّقُوا وَاخْتَلَفُوا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْبَيِّنَاتُ وَأُولَئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ
“Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. mereka Itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat”. (Ali Imran:105)
إِنَّ الَّذِينَ فَرَّقُوا دِينَهُمْ وَكَانُوا شِيَعًا لَسْتَ مِنْهُمْ فِي شَيْءٍ
“Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agama-Nya dan mereka menjadi bergolongan, tidak ada sedikitpun tanggung jawabmu kepada mereka”. (Al-An’am:159)
إِنَّ هَذِهِ أُمَّتُكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَأَنَا رَبُّكُمْ فَاعْبُدُونِ
“Sesungguhnya (agama Tauhid) ini adalah agama kamu semua; agama yang satu[971] dan aku adalah Tuhanmu, Maka sembahlah aku”. (Al-Anbiya:92)
وَإِنَّ هَذِهِ أُمَّتُكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَأَنَا رَبُّكُمْ فَاتَّقُونِ
“Sesungguhnya (agama Tauhid) ini, adalah agama kamu semua, agama yang satu[1006], dan aku adalah Tuhanmu, Maka bertakwalah kepada-Ku”. (Al-Mu’minun:52)
Rasulullah saw bersabda:
مثل المؤمنين في توادهم وتراحمهم كمثل الجسد الواحد، إذا اشتكى منه عضو تداعى له سائر الأعضاء بالسهر والحمى
“Perumpamaan orang-orang beriman dalam hal bagaimana mereka saling mencintai, saling mengasihi dan saling menyayangi adalah seperti satu tubuh. Apabila ada sebagian dari tubuhnya sedang sakit, maka bagian tubuh yang lain turut merasakannya, sehingga membuatnya tidak bisa tidur dan demam”. (Muslim)
المؤمن للمؤمن كالبنيان يشد بعضه بعضًا
“Seorang mukmin bagi mukmin yang lain ibarat satu bangunan yang saling menguatkan antara satu dengan yang lainnya”. (Bukhari Muslim).
عليكم بالجماعة وإياكم والفرقة
“Kalian harus berjamaah dan berhati-hatilah dari perpecahan”.
Dunia Islam memiliki unsur kekuatan
Jika para pembuat peradaban Barat yang berada dalam bayangannya sendiri menyatakan kepailitannya, menggiring umat manusia pada kesia-siaan, sementara kita umat Islam memandang bahwa Islam adalah satu-satunya agama yang memenuhi syarat untuk menerima tampuk kepemimpinan umat manusia. Karena itu, para pemikir Barat ada yang menyadari akan peran ini, diantara tulisan yang paling akurat dan banyak memberikan gambaran akan unsur-unsur kekuatan Islam adalah tulisan, “Powell Schamtaz” dalam bukunya (Islam adalah kekuatan global masa depan), yang beliau targetkan adalah memberikan pencerahan dan peringatan kepada bangsanya sendiri terhadap unsur -unsur kekuatan Islam, dan beliau menyatakan bahwa unsur kekuatan asasi (utama) yang dimiliki umat Islam adalah:
1. Posisi strategis yang dimiliki oleh umat Islam di dunia.
2. Pertumbuhan manusia yang begitu pesat di kalangan umat Islam, yang membuat mereka unggul terhadap pertumbuhan yang dialami oleh orang lain.
3. Kekayaan sumber daya alam dan bahan baku, merupakan kekayaan terbesar umat Islam yang dapat membangun kekuatan industri sebanding dengan industri global terbaik.
4. Diantara inti dari unsur-unsur kekuatan dan paling berbahaya di tengah masyarakat Islam. menurut “Schamtaz” adalah: “Demikianlah agama yang memiliki kekuatan sihir untuk mengumpulkan berbagai jenis manusia yang beragam dibawah satu bendera setelah sebelumnya menghilangkan perbedaan etnis dari jiwa mereka, memiliki energi ruhi yang mampu mendorong orang beriman mempertahankan negerinya dan harta kekayaannya dengan segala sesuatu yang dimiliki, menganggap remeh itu semua dan bahkan terhadap jiwa mereka sendiri.
Dia juga berkata: “Sejarah akan berulang kembali, mulai dari daerah di mana kekuasaan Islam global pertama diraih, dan hal tersebut akan tampak jelas karena ada usaha untuk selalu berpegang teguh pada Islam dan bersatunya pasukan militer, dan keberadaan kekuatan ini akan eksis jika umat Islam menyadari bagaimana mengekplorasinya dan mengambil manfaat darinya, dan pasti akan mampu mejadi penyeimbang kekuatan global lainnya”.
Seorang penulis Inggris (Heller Block) berkata: “Sesungguhnya peradaban itu bagian-bagiannya terikat dengan ikatan yang solid dan kokoh, sisi-sisinya saling berpegangan dengan kuat dan kohesif disertai dengan doktrin nilai-nilai Islam, tidak sekedar sedang menunggu hadir masa depan yang cerah saja namun juga akan menjadi bahaya bagi musuh-musuhnya. ”
Ikhwanul Muslimin dan kesatuan Islam
Proyek kesatuan Islam merupakan tujuan tertinggi dakwah Ikhwanul Muslimin, bahkan ia merupakan tonggak utama dalam proyek kebangkitan ini, karena itu tujuan utamanya adalah persatuan umat Islam di berbagai belahan dunia dan menghidupkan kembali negara Islam raya mulai dari (Ghana) selatan hingga (Ferghana) di bumi Afghanistan utara.
Diantara Indikator utama didahulukannya proyek persatuan Islam dalam pemikiran Imam Al-Banna dan gerakan politiknya adalah minatnya yang besar terhadap isu perbaikan hubungan antar sekte Islam secara dini; guna membangkitkan fortopolio ini di area Islam sehingga memberikan kontribusi dalam pembentukan kelompok persatuan diantara sekte-sekte yang didirikan pada tahun 1948 di Kairo.
Dalam risalah ta’lim Imam al-Banna beliau menyampaikan tentang pemerintahan negara Islam: “Hal tersebut, agar pemerintah dapat menunaikan tugasnya sebagai pelayan bangsa, mendapat upah (ganjaran) darinya dan bekerja untuk kemaslahatannya ”
Dalam risalah muktamar Kelima dengan judul “Al-Ikhwan dan nasionalisme, Arabisme dan Islam,” beliau berkata: “Bahwa Ikhwanul Muslimin sangat mencintai negara mereka, dan sangat antusias menjaga keutuhan dan persatuan bangsa”.
Beliau juga menjelaskan bahwa gagasan Arabisme atau Liga Arab dalam kaca mata dakwah Ikhwanul Muslimin memiliki posisi yang sangat strategis dan kedudukan yang sangat penting “karena orang-orang Arab adalah bangsa Islam pertama, dan tidak akan ada kebangkitan Islam tanpa kesatuan bangsa Arab dan bersatunya keinginan bangsa dalam satu kata, beliau juga berkata: “Bahwa batas geografis dan pengkotakan politik yang diarsiteki oleh kolonialisme Barat yang tidak memiliki nilai penting dalam menyentuh persatuan Arab dan Islam.
Kendala dalam menuju persatuan Islam
Diantara permasalahan dan kendala utama yang dihadapi dalam menuju persatuan Islam adalah isu nasionalisme yaitu fanatisme dan SARA yang tidak memiliki nilai kemanusiaan dan pendidikan sama sekali; karena itulah setiap individu dan akhirnya umat hidup dalam penyimpangan persepsi, ideologi dan nilai; di mana bahasa dan warna kulit dan keturunan sebagai corong diferensiasi, dan menurunkan nilai utama yang telah ditetapkan dan disabdakan dalam sunnah nabi saw:
إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ
“Sesungguhnya yang paling mulia diantara kalian adalah yang bertaqwa”. (Al-Hujurat:13)
لا فضل لعجمي على عربي إلا بالتقوى
“Tidak ada yang lebih utama dari ajam atas Arab kecuali taqwa”
Kemudian isu kesukuan (etnis), yang dapat mereview kebodohan umat Islam dan dapat menjadi penyulut pertikaian dan konflik internal, sebagai alat oleh pemilik tendensius pribadi sehingga berkobarlah api pertempuran dan pertikaian yang tidak ada gunanya sama sekali.
Akhirnya .. Pemerintah yang kalah adalah kelompok penguasa yang lemah di dunia Islam yang tega menelurkan para pejuang dalam menerapkan strategi mengekor.. melakukan penindasan terhadap mereka yang menginginkan kemerdekaan, mengabaikan sumber kekayaan umat baik materi maupun ruhi, sekalipun kemunduran pemerintah dihadapan para pejuang, namun mereka tetap berdiri dengan sikap yang penuh dengan kezhaliman dan anarkis, karena itulah seorang pemimpin terisolir dari bangsanya sendiri, menghalangi anggota masyarakat meraih dan mencari pondasi persatuan, yaitu persatuan pemimpin dan yang dipimpin.
Bagaimanakah caranya mewujudkan persatuan Islam?
Pertama: Kembali kepada agama Islam dan aqidah Islam
Bahwa fase yang telah berlalu tentang pengalaman Islam semasa Nabi saw dan khulafa Rasyidin merupakan sejarah kemanusiaan yang tercatat sangat menakjubkan terutama dalam mewujudkan masyarakat yang satu dalam ideology, perasaan dan tujuan. Islam telah muncul ditengah kondisi dunia menderita dari berbagai ragam konflik suku, ras dan kelas, dan kemenangan yang dicapai Islam mampu menciptakan masyarakat yang menolak adanya diskriminasi ras (putih dan hitam), diskriminasi kelas (tuan dan budak) atau diskriminasi kelompok atau etnis (Quraisy dan kabilah lainnya), persaudaraan mendominasi pada setiap personnya, ukhuwah antara muhajirin dan anshar begitu kuatnya, sirna pertikaian antar suku dan kabilah arab, dan berakhir pula era perbudakan dan fanatisme jahiliyah, era terbelenggu dari tangan-tangan tirani, bahkan ikut bergabung beragam suku ke dalam kesatuan negara Islam, seperti bersatunya Bilal al-Habsyi dan dengan Suhaib Ar-Rumi, dan Salman dari Persia dan saudara-saudara lainnya dari suku Quraisy.
Sebagaimana aqidah Islam juga mampu menyatukan hat-hati umat dan membersihkannya dari berbagai kotoran serta mendominasi berbagai capaian dalam tubuh setiap individu maupun jamaah, dan menundukkan umat serta berinteraksi dengan mereka, sehingga senantiasa berada dalam kebenaran yang nyata pada saat mengambil keputusan (bersikap) dan meninggalkannya, terekploitasi seluruh energi anak bangsa dalam memberi (berkontribusi), berkreasi dan bekonstruksi; yang itu semua merupakan cara kongkret untuk mencapai persatuan Islam yang sesungguhnya.
Kedua: membangun lembaga dan institusi yang kuat dalam bidang keilmuan, ekonomi, pendidikan dan sosial di semua lapisan masyarakat.
Bahwa dunia saat ini hidup di era entitas besar yang dimainkan oleh negara-negara besar dan blok-blok ekonomi dan politik yang besar, dimulai dari Amerika Utara; ada blok ekonomi yang disebut dengan (NAFTA), dan blok Eropa dengan (Uni Eropa), blok Asia Tenggara dengan (ASEAN) dan Afrika yang memiliki blok Ekonomi Negara-negara Afrika Barat (ECOWAS).
Dan di tengah bingkai yang menyelimuti dunia dari berbagai entitas besar ini terdapat umat Islam yang senantiasa bertikai dan terkotak-kotak, dan bahkan adalah asing dan lucu terjadi kesepakatan persatuan ekonomi Arab pada bulan Maret 1957 sementara pada bulan dan tahunyang sama terjadi perjanjian Roma antara enam negara-negara Eropa yang melahirkan serikat pasar Eropa guna menghadapi berdirinya Uni Uni Eropa pada tanggal 1/1/1933, yaitu, setelah 36 tahun dari pembuatan perjanjian internasional tersebut, sementara itu telah terhenti dan gagal perjanjian Persatuan Ekonomi Arab untuk eksis di dunia nyata ini.
Karena itu adalah sangat urgen sekali saat ini mengoptimalkan lembaga-lembaga besar Islam seperti Organisasi Konferensi Islam (OKI) dan Liga Arab, dan menghidupkan kembali Persatuan negara-negara Islam yang didirikan oleh
Erbakan di Isltambul pada tanggal 29/5/1990, yang merupakan momentum diperingatinya penaklukkan kota Konstantinopel; untuk menjadi pagar bagi persatuan Islam, jika tidak ada konspirasi Barat atau usaha untuk menghentikannya.
Ketiga: Kesadaran terhadap konspirasi musuh
Pada tahun-tahun sebelumnya telah membuktikan bahwa musuh umat Islam terus bekerja dalam rangka memecah belah umat, memperkokoh dan memperdalam blok-blok dari negara-negara Arab dan negara-negara Muslim; sehingga menjadi negara-negara kecil yang berasaskan etnis, sekte dan mazhab, yaitu dengan memanfaatkan konflik-konflik minoritas yang terjadi di berbagai belahan dunia Islam, yang selalu menyerukan pemisahan dan kemerdekaan.
Dan bukti kongkret adanya konspirasi ini adalah apa yang saat ini terjadi di Sudan; di mana pasukan internasional mengencangkan tali di leher negara Sudan, yang ada adalah hanya menarik tali sehingga tersedak lehernya dan lepaslah ikatannya; untuk memulai tahap berbagi rampasan antara kekuatan-kekuatan besar tersebut.
Semua indikasi ini menunjukkan konspirasi yang disengaja untuk memisahkan Sudan selatan dari utara melalui referendum yang dijadwalkan berlangsung pada awal tahun 2011 di bawah kesepakatan damai selatan yang ditandatangani antara Garang dan Bashir di Naivasha, Kenya, tanggal 09/01/2005, dan sekarang kita menyaksikan berbagai pergerakan luas internasional yang dipimpin oleh Amerika Serikat dan melibatkan PBB untuk melegitimasikan perpecahan melalui referendum.
Karena itu apa yang kita lakukan?!,
Bahwa umat dan para pemimpin umat Islam dituntut untuk bersikap tegas terhadap konspirasi yang sangat berbahaya ini sehingga Sudan tidak hancur, untuk kemudian kita menangis terhadap susu yang tumpah, arteri indigo yang terputus dan akan ada yang mengiringinya yaitu pertumpahan darah.
Akhirnya ..
Bahwa kesatuan Islam membutuhkan kekuatan dan usaha yang besar yang tak kenal lelah. Sungguh kehendak rakyat Jerman sangatlah kuat dalam merobohkan tembok Berlin dan menyatukan kembali dua negara dan bangsa Jerman, hidup dalam satu negara, di bawah satu bendera. Adapun di Palestina telah berhasil dibangun dinding pemisah untuk melegitimasi pendudukan dan perampasan tanah dan mencegah pembentukan negara Palestina. Namun keinginan rakyat Palestina sangatlah kuat untuk melakukan perlawanan, semoga bangsa Palestina yang heroik mampu menghancurkan dinding pemisah dan mengembalikan tanah air, dan kelak akan datang waktu untuk menghancurkan seluruh dinding yang dibangun oleh para tiran dan kesombongan, dan meninggi di dalamnya kehendak rakyat.
وَيَقُولُونَ مَتَى هُوَ قُلْ عَسَى أَنْ يَكُونَ قَرِيبًا
“Dan mereka berkata: Kapan itu terjadi, katakanlah waktunya sudah dekat”. (Al-Isra: 51).

Disalin daripada Ikhwan.net

Tiada ulasan:

Catat Ulasan